Curriculum Vitae (CV)
atau resume diri merupakan jembatan pertama yang akan mengantarkan kamu ke
gerbang karir. Bagaimana sebuah CV dipersiapkan, begitu juga kesempatan karir
yang akan kamu dapatkan.
Hati-hati, sebuah CV menggambarkan sedikit banyak tentang diri kamu. Jauhkan
keinginan untuk tampil lebay
(berlebihan-red). Tulislah dengan rapi, tidak banyak gaya, to the point dan apa adanya.
Dalam menulis CV berlaku hukum KISS alias Keep It Simple-Stupid. Jangan sok-sokan,
jangan pula terlihat minder lalu tidak percaya diri.
Berikut tiga tips membuat resume diri yang baik.
1. Tulis data diri secukupnya dan proporsional. Mulai dengan
menulis nama Kamu di paling atas, dengan ukuran font jelas, sematkan foto pada
bagian kanan atas, nomor telpon yang bisa dihubungi, email yang aktif, alamat
rumah sesuai tanda pengenal dan tempat tanggal lahir.
2. Pada bagian isi, hal penting yang dicantumkan adalah
bagian pendidikan. Tak semua riwayat pendidikan harus dicantumkan, seperti TK,
SD dan SMP. Cukup tulis tempat sekolah SMA, Kampus Kuliah, tahun masuk, tahun
keluar serta nilai akhir.
3. Apabila pernah magang atau bekerja sebelumnya, cantumkan
informasi tersebut di bagian bawah riwayat pendidikan. Sementara riwayat
berorganisasi bisa ditambahkan selanjutnya di bagian bawahnya.
Selesai!
Mudah sekali bukan?
Mudah sekali bukan?
Tapi, jika hanya selesai batas ini, maka CV kamu akan
terlalu biasa. Tidak akan menarik perhatian oleh pihak penyeleksi. Nah, bonus
buat kamu, di bawah ini ada 7 Hukum
Menulis CV yang bagus sekali buat jadi referensi.
7 Hukum Menulis Curriculum Vitae
Hukum menulis CV nomor satu, tulis riwayat terkini (recent) pada bagian atas.
Berlaku untuk penulisan pengalaman, sertifikasi, ataupun
kursus keahlian ya. Bukan riwayat pendidikan formal seperti ditulis di atas.
Hukum menulis CV nomor dua, KISS: keep it short and simple.
Punya seabrek pengalaman berorganisasi? Tidak usah ditulisa
seluruhnya. Cukup tulis saja lima pengalaman terkini. Para pensortir lamaran
tidak punya cukup banyak waktu untuk menilai semua pengalaman berorganisasi
apalagi sekedar tercantum sebagai pengalaman kepanitiaan saja. Ditambah lagi
jika organisasi yang kamu ikuti terdengar asing atau tidak populer di telinga
orang awam.
Akan lebih baik jika pengalaman kamu tadi disampaikan
berbentuk bullet points yang lebih
mudah dibaca, dibandingkan dengan dalam bentuk paragraf.
Hukum menulis CV nomor tiga, taruh fakta di atas fiksi.
Maksudnya? Seringkali ketika membuat CV, kita tidak punya
parameter (baca:kejujuran) untuk menilai kompetensi diri kita sendiri akan
suatu bidang. Akhirnya, kita sembarang menulis, di atas fakta yang
sesungguhnya.
Misalnya, hindari menulis “Menguasai MS Excel” di CV padahal
kamu belum pernah melakukan Vlookup, Hlookup, dll.
Yakin saja, semua yang kamu tulis di dalam CV kelak akan
diuji. Tengsin kan kalo kamu ternyata
tak bisa menjelaskan apa yang sudah kamu tulis di dalam CV. Kelar hidup lo..
Hukum menulis CV nomor empat, tulislah dalam bahasa Inggris.
Ini saran kalau kamu buat lamaran ke perusahaan multinasional
atau lembaga negara yang kelasnya sudah nasional. Ini akan menjadi nilai tambah
buat kamu. Minimal menjadi obat bosan bagi panitia seleksi, bahwa ada yang berani
keluar dari banalitas beratus pelamar yang lain.
Tulis saja sendiri, dengan bahasa Inggris kamu yang baik dan
benar. Jangan menjiplak. Karena itu sama saja kamu membuat jebakan sendiri.
Ekspetasi pewawancara akan mendadak jatuh ke tanah begitu tahu, kamu tak
sehebat bahasa Inggris yang kamu tulis di CV dengan bahasa oral kamu.
Write what you can
handle later.
Hukum menulis CV nomor lima, camkan baik-baik nama perusahaan
Jangan sampai salah menulis nama perusahaan, baik pada saat
mengirim surat lamaran berbentuk hard
copy maupun soft copy. Ini akan cukup mengusik ego perusahaan. Jika
penerima surat lamaran kamu ternyata cukup sensi, bisa-bisa lamaran kamu akan
ditandai.
Hukum menulis CV nomor enam, jangan kirim ke sekaligus banyak email perusahaan
Perlakukan setiap perusahaan yang ingin dilamar sebagai
pihak yang istimewa. Jangan mentang-mentang karena ingin praktis, satu lamaran
kamu kirim ke banyak email HRD Perusahaan. Bunuh diri itu Sob. Sebanyak
perusahaan yang kamu kirim, maka sebanyak itu pula lamaran kamu akan di black list.
Sekedar info, secara otomatis perusahaan akan tahu praktek
“pukat harimau” ala pencari kerja seperti itu. Sialnya, tak peduli Kamu lulusan
perguruan tinggi mana, perusahaan akan enteng saja mencoret kamu dari daftar.
Hukum menulis CV
nomor tujuh, perhatikan bidang karir
yang kamu incar.
Maksudnya adalah, masukkan spesifikasi bidang karier yang
ingin Kamu geluti dan berkorelasi dengan posisi pekerjaan yang sedang diincar.
Kaitkan dengan kemampuan yang Kamu miliki. Sekali lagi, hanya masukkan
kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan yang Kamu lamar.
Misalnya, hindari mencantumkan soft skill seperti “outgoing” ketika melamar sebagai financial analyst karena itu relatif
bertentangan dengan kecenderungan perusahaan mencari analis yang
berkarakteristik “introvert”.
Jadi, kustomisasikan CV dengan pekerjaan. Jangan asal
membuat satu template CV untuk dikirim ke seluruh lowongan pekerjaan yang Kamu incar.
Tips Lainnya
1. Bagi mereka yang ingin berkarir ke tempat pekerjaan yang
lebih baik lagi, maka upgrade menjadi keniscayaan selain peningkatan
keterampilan berbasis pengalaman kerja. Tapi menuliskan pengalaman kerja di
tempat sebelumnya, bisa dikategorikan fiksi jika tidak dibantu dengan fakta.
Apa fakta yang bisa dipakai? Jawabnya adalah sertifikasi.
Jangan lupa dimasukkan sertifikasi keahlian yang diperlukan.
Beberapa perusahaan mensyaratkan sertifikasi tertentu untuk
beberapa lowongan pekerjaan. Tentunya ini akan menjadi competitive advantage tersendiri buat kamu.
2. Tulislah CV dengan jenis huruf umum, dan mudah dibaca, seperti
Arial. Kurangi penggunaan lebih dari
satu jenis huruf dan format miring (italic).
Semua ini semata-mata demi kemudahan untuk dibaca. Ingat bahwa CV dibuat
dengan tujuan dibaca, bukan untuk ekspresi seni. Pengecualian jika kamu melamar
ke bidang pekerjaan yang terkait dengan kreativitas seperti desainer grafis.
3. Foto Kamu di dalam CV pun menjadi salah satu faktor
penentu. Di sini berlaku prinsip “kesan pertama begitu menggoda”. Pasanglah
pose terbaik Kamu dengan dresscode formal
namun bergaya santai. Pikirkan baik-baik, kamu sedang ‘menjual’ diri kamu ke
pasar tenaga kerja profesional. Pastikan penampilan kamu rapi, atraktif, namun
terkesan profesional. /red/